Sebenar-benar Lelaki!






Kisah-kisah sosok hebat yang mewujudkan mimpinya memang laik untuk diberi penghargaan. Tapi, sosok yang bekerja tanpa lelah dalam jalan sunyi, memikirkan orang-orang di sekitarnya agar berdaya sehingga keluar dari zona gelap menuju enlightenment ialah sebenar-benar manusia – saya menyebutnya manusia paripurna. Sebagai kalangan medioker, saya mesti berguru banyak dengan orang-orang seperti ini.

Pulang sejenak membantu saya untuk (kembali) mempersoalkan eksistensi diri. Mungkin ini bukan lagi tentang umur. Age is just number, maturity is a state of mind. Kedewasaan ialah personifikasi pergulatan hidup seseorang –ditunjukkan dari kematangan berpikir dan bersikap. Fase kedewasaan bisa dilihat dari gerak gerik perilaku yang gejala awalnya ditunjukkan dengan kepekaan, sebuah sifat yang berasosiasi dengan simpati dan kepedulian. Saya menyimpulkan dari obrolan-obrolan dan gestur dari orang-orang terdekat, sepertinya mereka sedang menunggu peran saya sebagai lelaki, sebuah lakon yang selama ini sudah melekat kuat di pundak bapak.

Jadi apasih itu sebenar-benar lelaki? Saya barusan menonton salah satu potongan tayangan tv di youtube. Sebenarnya ini cerita yang agak picisan. Tapi karena menurut saya sarat nilai, saya tetap melanjutkan menontonnya sampai akhir. Salah satu jawaban bagaimana menjadi sebenar-benar lelaki tampaknya ada di serial ini. Pada akhir dialog si perantau dari desa dalam serial tv xxx ngomong seperti ini. “saya ingin merantau ke kota biar bisa kuliah IT, terus kalo udah lulus bisa balik lagi ke desa, mau bangun desa supaya anak-anak mudanya tetep betah di desa. Saya bakal buka lowongan kerja buat mereka, saya ngga mau mereka merantau ke kota seperti saya, saya pengen mereka tetap di desa, memajukan desa saya. Dialognya memang datar-datar saja, tapi kok saya yang menontonnya jadi merinding. Selaiknya  sebenar-benar lelaki itu kudu punya mimpi yang melewati batas-batas teritorial diri, mimpi perjuangan untuk kemanusiaan, mimpi yang jika kita selalu niatkan dengan ikhlas – memunajatkan doa, Allah akan malu untuk tak mengabulkannya, mimpi yang menembus sekat-sekat strata dan pranata sosial, mimpi idealisme, mimpi  yang boleh jadi membawa keshalihan masyarakat. Lelaki yang seperti ini pantang baginya hanya memikirkan dirinya pribadi sementara orang-orang di sekitarnya butuh sebuah aksi (kecil sekalipun) untuk membebaskannya dari krisis-krisis hidup.
*It is not our abilities that show what we truly are: it is our choices (Albus Dumbledore). Pilihlah tin-tingan untuk turut serta ambil bagian – walau kecil -  membesarkan porsi kepentingan orang-orang sekitar agar mereka tumbuh baik. Ada orang-orang yang perlu kita bantu alam pikirnya agar ia menemukan dirinya dan Tuhannya. Ada pula mereka yang butuh sedikit sentuhan dialog sehingga merasa confident terhadap jalan hidup yang ia tempuh. Bersuka rialah membantu. Jadilah pohon yang rindang lagi menguatkan. Boleh jadi bantuan sebesar biji dzarrah itu membuka jalan Allah untuk merahmati dan membantu kita dalam kepayahan.

Saya yang masih jauh berlakon sebenar-benar lelaki.


Comments