Konferensi di Melbourne





November lalu akhirnya jadi juga ke Melbourne untuk konferensi. Ini ajang yang bisa dibilang cukup bergensi bagi Forest Industry di dunia. Jangan tanya para presentatornya. Mereka punya kualifikasi DR/PhD atau minimal CEO perusahaan teknologi terkemuka/startup dari Aussie, NZ, dan Finland. Pokoknya bikin minder (Ya Rabb, moga Engkau karuniakan rahmat kepadaku untuk sekolah lagišŸ˜¢). See, apa yang mereka bawa? Ternyata perkembangan remote sensing dan GIS untuk keperluan manajemen operation data sampai di level detail sudah sangat canggih. Machine Learning, Artificial Intelligence, dan Deep Learning adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses manajemen data. Dan menakjubkannya lagi semuanya serba open source. Ngga ada lagi tuh pake software berbayar seperti ArcGIS, ENVI, ERDAS, etc. Semuanya dibangun di atas pondasi open license. Contohnya begini: mereka buat satu server utama dengan kemampuan superkomputer berikut dengan sistemnya sedangkan client-nya mereka koneksikan dengan dashboard di semua display  (bisa js, python, dll)  dan hasilnya jebret. Proses-proses data managament yang biasanya harus pake perangkat lunak ratusan juta bisa jalan dengan begitu mudahnya di semua client. Ini barangkali revolusi industri 4.0  yang tak terelakkan lagi.


Ada satu hal yang membuatku sangat terkesan. Hubungan institusi pendidikan tinggi dan industri sangat dekat bahkan bisa dibilang seperti bapak dan anak. Mereka membuat inbukasi riset berbasis industri yang berkelanjutans sehingga para reseacher di kampus tinggal melakukan tugasnya, yakni riset. Hampir sama seperti cerita Adlan  beberapa waktu yang lalu saat nge-daruut tauhid bareng. Tidak ada lagi dosen-dosen yang mengejar proyek, karena iklimnya sudah diciptakan untuk mendukung satu sama lain. Moga suatu saat Indonesia bisa mengejar ketertinggalan ini. 

Comments